Sabtu, 02 Januari 2016

MAKALAH CIRC



MAKALAH PEMBEAJARAN KOOPERATIF CIRC




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat  karena itu siswa harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara mandiri. Metematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan  ilmu pengetahuan lain. Dengan adanya pendidikan matematika  di sekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan lain.
Matematika merupakan salah satu  mata pelajaran  yang penting  diajarkan  pada pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan kurikulum matematika pada pendidikan dasar, antara lain agar siswa memahami konsep matematika secara akurat, efisien, dan tepat serta sikap menghargai kegunaan maematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu atau kritis, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri alam pemecahan masalah.
Walaupun metode-metode pembelajaran koopereratif telah diteliti dan digunakan dalam berbagai mata pelajaran, dua dari mata pelajaran dalam kurikulum sekolah dasar yaitu membaca dan menulis jelas tidak tersentuh dalam penelitian ini. Bagian ini menggambarkan dasar pemikiran, pengembangan, dan evaluasi dari  Coperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Sebagai tambahan, pengembangan CIRC dihasilkan dari analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran membaca, menulis dan seni berbahasa.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pembelajaran CIRC?
2.      Apa saja unsur-unsur program pembelajaran CIRC?
3.      Apa saja komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC?
4.      Apa saja langkah-langkah pembelajaran CIRC?
5.      Apa saja kegiatan pokok pembelajaran CIRC?
6.      Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran CIRC?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pembelajaran CIRC.
2.      Untuk mengetahui unsur-unsur program pembelajaran CIRC.
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen dalam pembelajaran CIRC
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran CIRC.
5.      Untuk mengetahui kegiatan pokok pembelajaran CIRC.
6.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran CIRC.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran CIRC
Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC pertama kali dikembangkan oleh Robert E. Slavin dkk. Alasan utama pengembangan metode ini karena kekhawatiran mereka terhadap pengajaran membaca, menulis dan seni berbahasa oleh guru masih dilakukan secara tradisional.
CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran Cooperative Learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa, akan tetapi ilmu sosial dan ilmu alam. (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8).
Pada model pembelajaran CIRC, siswa akan ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Di dalam kelompok tersebut tidak akan di bedakan atas jenis kelamin atau tingkat kecerdasan. Sehingga, dalam kelompok tersebut ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama lain. Mereka terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan bersama, termasuk saling membacakan satu dengan yang lain, membuat prediksi tentang bagaimana cerita yang akan muncul, saling membuatkan ikhtisar satu dengan yang lain, menulis tanggapan terhadap cerita dan berlatih pengerjaan serta perbendaharaan kata. Dengan pembelajaran kelompok ini, diharapkan agar siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

2.2  Unsur-unsur  Program Pembelajaran CIRC.
Unsur utama dari CIRC adalah sebagai berikut:
1.      Kelompok Membaca
Jika menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang teriri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang dapat ditentukan oleh guru mereka. Atau jika tidak, diberikan pengajaran ke dalam seluruh kelas.
2.      Tim
Para siswa dibagi kedalam pasangan/trio dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca atau tingkat. Misalnya sebuah tim terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok tingkat rendah. Anggota  tim menerima poin berdasarkan kinerja individual mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin inilah yang membentuk skor team.
3.      Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita
    Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar maupun novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru memakan waktu kurang lebih 20 menit tiap harinya. Dalam kelompok-kelompok ini, guru menentukan dari tujuan membaca, memperkenalkan kosa kata baru, mengulang kembali kosa kata lama, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa membacanya dan sebagainya. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi.

2.3Komponen-Komponen Dalam Pembelajaran CIRC
Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005:3-4) memiliki 8 komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:
1.      Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.
2.      Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3.      Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
4.      Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya.
5.      Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6.      Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7.      Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8.      Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

2.4Langkah-Langkah Pembelajaran CIRC
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2.      Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3.      Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4.      Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5.      Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6.      Penutup.

Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a.       Fase Pertama, Pengenalan konsep.
Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b.      Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi.
Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c.       Fase Ketiga, Publikasi.
Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

2.5  Kegiatan Pokok Pembelajaran CIRC
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkain kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:
1.      Salah satu anggota atau beberapa anggotakelompok membaca soal,
2.      Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk penulisan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
3.      Saling membuat rencana penyelesaian soal pemecahan masalah,
4.      Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut,
5.      Saling merevisi dan mengedit pekerjaannya.

Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan:
1)      Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan
2)      Guru memberikan latihan soal
3)      Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC
4)      Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen
5)      Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya pada setiap kelompok
6)      Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC, guru mengawasinya
7)      Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya
8)      Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahawa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah
9)      Guru bertindak sebagai fasilitator
10)   Guru memberikan tugas/PR secara individual
11)  Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya
12)  Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal  pemecahan masalah
13)  Guru memberikan kuis.

2.6 Kelebihandan kekurangan pembelajaran CIRC
Dalam penerapannya, model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model ini diantaranya:
a.       Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru.
b.      Dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat  kemampuan rendah.
c.       Meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
d.      Meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas.

Selain kelebihan, model pembelajaran ini juga memiliki beberpa kekurangan, diantanya:
a.       Membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
b.      Sulit mengatur kelas untuk diam sehingga suasana kelas cenderung ramai dari beberapa kekurangan yang sudah dipaparkan, dalam pelaksanaannya guru harus pandai mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan pembelajaran menggunakan model ini dapat berlangsung dengan baik.
c.       pada saat presentasi cenderung hanya siswa aktif yang tampil
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa:
1.      Melalui Cooperative Learning tipe CIRC dapat membantu siswa dapat menyelesaikan pembahasan dan pemahaman materi dalam sebuah kelompok.
2.      Melalui CooperativeLearning tipe CIRC siswa dapat belajar menyelesaikan persoalan dengan aktif melibatkan seluruh anggota kelompok. Jadi tercipta hubungan korelasi antar siswa.
3.      Dengan metode ini, siswa lebih aktif 75% sedangkan guru hanya bersifat membantu dan mengarakan. Sehingga subjek belajar terletak pada siswa.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat ditujukan kepada pendidik atau guru, yaitu :
1.      Guru matematika harus dapat mengemas dan mengembangkan metode pembelajaran matematika secara bervariatif lagi, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
2.      Sudah sepatutnya seorang guru memiliki inisiatif untuk kreatif , inovatif   dan selalu meningkatkan profesionalitasnya.
3.      Salah satu yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih bervariatif, seorang guru dapat menerapkan metode Cooperatif Learning tipe CIRC ini. Diharapkan dapat tercipta hasil optimal.







DAFTAR PUSTAKA

Tim pengembang LPMP Jawa Timur dan PSMS.2005.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:pusat sains dan matematika sekolah unesa.

Supriyanto. 2013. Matematika Kelas V Sekolah Dasar, Nganjuk : PT.TEMPRINA MEDIA GRAFIKA.

Suyitno, Amin. 2005. Mengadopsi Pembelajaran CIRC dalam MeningkatkanKeterampilan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita. Seminar Nasional F.MIPA UNNES.

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi PendidikanDalam implementasi Pembelajaran yang Efektif, (Jakarta: Kencana, 2009).hlm, 283.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar